Facebook Ilmuwebsite

7 Mitos Desain Logo Yang Harus Desainer Grafis Ketahui! Bag. 1

Apakah saat ini Anda sedang menangani proyek pertama sebagai seorang desainer grafis? Mungkin rasanya seperti sedang fall in love. Seperti ada manis-manisnya juga mules-mulesnya. Hal ini wajar dialami oleh para desainer grafis pemula yang baru terjun ke dunia kerja, baik lulusan DKV atau desainer otodidak. Bahkan bagi para desainer senior pun, sensasi berdebar dan H2C-nya (Harap-Harap Cemas) dari proyek mendesain logo tidak pernah akan hilang.

Mendesain logo, memang proyek yang 'seurieus' dalam dunia desain komunikasi visual. Bahkan, ada seseorang yang melabeli secara spesifik bahwa dirinya adalah desainer logo. Banyak pula firma, perusahaan atau agensi yang spesifik menangani perancangan identitas perusahaan, atau lumrahnya disebut Corporate Identity. Otomatis di antaranya merancang logo. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kalangan desainer yang fokus memikirkan logo.

Hal ini wajar, karena memang mendesain logo bukanlah pekerjaan yang sembarangan. Bahkan bisa dibilang tidak berlebihan jika dalam mendesain logo itu ibarat desain wajah a.k.a jati diri bagi sebuah perusahaan atau lembaga. Sebagaimana merias wajah seseorang, jika ada proses yang salah, hasilnya tentu akan bakal parah. Maksud hati ingin merias wajah biar secantik Pevita Pearce, eh jadinya malah kayak Mak Lampearce (baca:lampir). Fatal!

Jadi merasa bersemangat sekaligus 'khawatir' ketika mendapatkan project mendesain logo itu normal. Karena pastinya Anda berharap bisa membuat logo yang betul-betul keren buat klien Anda. Sederhananya jika klien puas, tentu Andapun akan bangga mencantumkannya sebagai salah satu portfolio terbaik Anda. Ini akan sangat penting menjadi amunisi untuk menggoalkan proyek-proyek Anda selanjutnya. Sebaliknya, jika klien tidak puas, sudah barang tentu prosesnya bakal panjang, jadi rumit, dampaknya sudah tentu akan bolak balik terus hanya untuk presentasi, revisi lagi revisi lagi. Bahkan bisa berujung tutup kontrak di tengah jalan. Tragis sudah...

Lalu pertanyaannya, "Apa sih yang membuat proses mendesain logo begitu sangat serius? Dan apa pula yang bisa membuat klien sulit terpuaskan dengan desain logo yang kita rancang?" Ternyata sebagai desainer logo, tugas kita bukan cuma mengendalikan tools yang ada di software grafis (Illustrator, Photoshop, CorelDraw, dll) untuk membuat logo. Jelas lebih dari itu, konsep dari logo dan pastinya kita juga harus mengedukasi klien terkait konsep filosofi dari logo dibuat. Karena tidak ada jalan lain selain dari dari mengedukasi klien, sehingga dari jalan tersebut kepuasan klien terhadap sebuah desain logo akan lebih mudah dicapai.

Nah bagamana, berat ya? Hal ini akan bertambah berrraaaattt (bacanya harus sambil mengejan) ketika banyak mitos-mitos menghantui pikiran klien, hal-hal yang tentunya berhubungan dengan seputar desain logo. Dan lebih parahnya lagi mitos-mitos ini pun tidak jarang merasuki pikiran para desainer. Tapi tenang, untuk menghilangkan mitos-mitos ini para desainer tidak harus sampai melakukan Ruqyah Syariyah segala. Dan tak perlu repot-repot memanggil pembasmi hantu.

Baiklah kita langsung saja ke dalam topik pembahasan utamanya.

Mitos #1 : Bayar Mahal Untuk logo, Kualitas Brand Juga Akan Meningkat!

Mitos ini mungkin terbentuk karena banyaknya perusahaan multinasional merogoh kocek sangat dalam, MILYARAN untuk 'hanya' sebuah logo. Coba deh silahkan Anda googling dengan keyword 'logo termahal'. Rupanya perusahaan besar memperlakukan logo mereka sebagai salah satu aset untuk investasi. Makanya tidak ragu lagi ketika mengeluarkan dana besar 'hanya' untuk mendesain (atau punmendesain ulang) logo perusahaan mereka. Dari sinilah kemudian muncul sebuah logika yang berkembang jadi mitos tadi.

Dan kita bisa mendeteksi seorang klien 'kesurupan' mitos ini ketika melontarkan pernyataan kurang lebih seperti  :

KLIEN : "Karena kami bayar desain logo sudah mahal, maka buatlah logo yang memberi 'dampak baik' bagi perusahaan kami. Kami menghabiskan dana XX juta dalam waktu 1 bulan saja. Jadi seharusnya kurang dari 6 bulan, ada peningkatan keuntungan karena kami memakai logo baru."

BERAAATT SEKALIII!!!

Di sisi yang lain ada desainer yang tidak sadar juga sudah 'kesurupan' lantaran secara sadar tak sadar menyatakan :

DESAINER : "Jangan menilai harga desain logo dari simpel bentuknya! Tapi dari inspirasi, konsep, dll, di belakang itu semua. Nilai filosofi dan seninya. Pertamina saja bayar Rp 4,6 Milyar untuk ganti logo. Padahal hasilnya simple banget, anak SMK juga bisa membuat lebih baik bentuknya."

Anda Pernah menemui pernyataan yang kurang lebih senada? Pernyataan dua orang ini sebetulnya tak sepenuhnya salah, namun pernyataan ini sangat-sangat kental sekali berisi mitos dan tahayul dalam desain grafis.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa mulai dari Pertamina sampai Symantec mengeluarkan dana yang fantastis untuk logo mereka. Dan memang rata-rata brand-brand perusahaan besar melakukan hal yang sama. Tapi hal itu tidak sepenuhnya benar.

Mari kita tengok simbol centang pada logo Nike, atau yang lebih populer dengan sebutan 'Swoosh'. Meski sudah lebih dari 40 tahun digunakan, namun hanya bagian Swoosh ini saja yang tidak diubah dari logo Nike. Padahal logo Nike secara keseluruhan sudah mengalami lebih dari 2 kali evolusi. Bahkan bagian Swoosh inilah yang paling diingat dari logo Nike. Coba tebak, berapa nilai yang dikeluarkan oleh Nike untuk mendapatkan simbol Swoosh ini? 100ribu Dollar? 200ribu Dollar? Ternyata Nike hanya mengeluarkan $35 untuk membayar Carolyn Davidson, seorang mahasiswi desain grafis pada tahun 1971. Padahal berkat Swoosh, saat ini Nike memiliki nilai brand hingga lebih dari 10 Milyar Dollar!

Logo Nike


Jadi, apakah logo mahal berkorelasi dengan tingginya nilai Brand?

Fakta lainnya, kita cermati logo Yahoo yang didesain ulang pada tahun 2013 lalu. Meski sudah menggelar kompetisi, bahkan membuat misteri di tengah para netizen, logo baru Yahoo mendapat respon yang buruk. Jangan tanya biaya berganti logo ini berapa. Yang pasti lebih dari cukup buat jajan penulis selama 3 bulan! Lebih jauh dari itu, perubahan desain logo Yahoo tidak bisa menyelamatkannya dari anjloknya nilai saham mereka. Raksasa internet yang melegenda itu akhirnya jatuh sakit, dan berakhir dengan kondisi telah diakuisi oleh Verizon, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Amerika Serikat.

Nah loh, ternyata biaya desain logo yang besar pun tak selalu sebanding dengan kesuksesan brand tersebut ya?

FAKTA : Harga Desain Logo = Dengan Benefit yang Didapat

Sebagaimana membeli barang atau jasa pada umumnya, pasti harga yang tercantum akan sesuai dengan benefit/manfaat yang didapatkan pengguna. Kecuali ada permainan di sana, itu kasus lain lagi. Termasuk dalam desain logo, harga yang ditawarkan pasti akan sebanding dengan manfaat yang didapatkan oleh klien.

Karena itulah tugas Desainer mengedukasi klien tentang benefit yang sebanding dengan kocek yang akan mereka keluarkan. Bukan justru menghembuskan mitos-mitos yang membuat kerjaan desainer logo terkesan abstrak dan gak jelas. Sampai klien ngedumel : "Masa' nyari inspirasi saja harus membayar mahal? Padahal kalo untung-untungan bisa juga mendapatkan inspirasi luar biasa jika sedang buang-buang di kamar belakang. Ups..."  Atau ocehan lain semisal "Bikin simbol seperti itu doang perlu waktu sekian lama? Ah masa iya sih yang bener aja!"

Untuk menjawab argumen klien di atas, berikut beberapa penjelasan yang bisa cukup logis bagi mereka :
  1. Meski tidak selalu mencerminkan sektor bisnis klien, logo harus mencerminkan DNA, kepribadian, impian, dan spirit klien. Bahkan desainer harus melihat kemungkinan yang bahkan tidak dibayangkan oleh klien sekalipun. Misalnya punya unit bisnis/produk baru, anak perusahaan, atau bahkan merger dengan perusahaan lain, dan lainnya. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan nongkrong di WC atau suruh tukang cetak bantu mikirin. Sementara klien sibuk mikirin bisnisnya, maka desainer akan sibuk untuk menggali hal-hal ini supaya menghasilkan logo yang mewakili DNA dari brand.
  2. Mendesain logo seharusnya satu paket dengan Sistem Identitas. Nilai fantastis logo Pertamina bukanlah untuk 3 trapesium merah, biru, hijau, plus font serif bertuliskan 'PERTAMINA' saja. Tapi ada dokumentasi brand concept and value, panduan penerapan logo, hingga Renstra/Stratplan (Perencanaan Strategis/Strategic Planning) transisi dari logo lama ke logo baru. Kenapa hal itu semua dibutuhkan? Karena Pertamina adalah BUMN yang bisnisnya sudah menasional. Bahkan pergantian logo Pertamina dilakukan untuk menguatkan posisi di kancah persaingan global. Jadi, kalau Anda menawarkan desain logo sampai milyaran ya boleh saja. Asal outputnya sebanding ya.
  3. Menyambung poin sebelumnya, sebuah logo tidak hanya memiliki nilai estetis dan filosofis belaka. Hal-hal fungsional juga harus diuji pada sebuah logo. Misalnya, bagaimana penerapan logo pada media identitas. Seperti kartu nama, kop surat, reklame outdoor, bahkan media digital semisal website, laman sosial media, animasi logo, dan lainnya. Yakin hal ini bisa didapat dengan biaya murah?
  4. Mendesain logo yang serius itu, prosesnya jelas tidak instan. Mendapatkan DNA sebuah brand seperti tes DNA pada manusia. Tetap saja perlu di ketahui proses, waktu dan 'alat' yang mumpuni. Nah, bagaimana hal ini dilakukan jika hanya membayar ratusan ribu, atau bahkan menggelar kontes logo sebagai modus mencuri ide?
  5. Kasus seperti Nike dan Yahoo menjadi ukuran bahwa nilai proyek desain logo tak selalu sebanding dengan nilai Brand. Atau bahkan menentukan maju-mundurnya bisnis mereka. Desain logo tentu memberi dampak pada citra brand perusahaan. Tapi, perilaku bisnis brand itu yang jauh lebih menentukan. Beberapa perusahaan yang menghabiskan dana besar untuk desain logo, toh tidak bisa menghindari skandal yang dilakukan oknum di dalamnya. Apakah ini salah desainer logo? Jaka Sembung naik Gojek dong.

Nah, setidaknya 5 hal di atas harus sama-sama difahami klien dan para desainer logo. Sehingga proyek mendesain logo adalah hal yang jelas output dan outcomenya. Bukan proyek yang abstrak dan sulit diukur. Karena biasanya sesuatu yang abstrak, sulit didefiniskan dan diukur, selalu diliputi oleh mitos. Sementara desainer logo, harus melepaskan diri dan klien dari mitos-mitos tersebut.

BERSAMBUNG...

M Zulhadi Yusuf
Kolega

Posting Komentar

0 Komentar