Facebook Ilmuwebsite

Belajar Fotografi : Lebih Mendalami Diafragma Pada DSLR

Selain shutter speed yang telah saya jelaskan pada artikel sebelumnya, yakni http://desain.ilmuwebsite.com/2014/09/belajar-fotografi-menguasai-shutter.html , metering selanjutnya yang harus dikuasai adalah diafragma atau bukaan lensa.

Di artikel kedua kali ini saya akan membahas tentang Diafragma atau Aperture atau juga Bukaan.

Kalau Shutter Speed menentukan kecepatan membuka dan menutupnya sebuah tirai/rana, maka Diafragma atau Apeture ini adalah hal yang menentukan bukaan terhadap lensa.

Dalam beberapa hal, fungsinya sama dengan Shutter Speed, yaitu mengkondisikan didapatnya sebuah cahaya sehingga menghasilkan sebuah objek yang tidak over exposure / terlalu terang maupun under exposure / minus cahaya.



Setiap jenis lensa memiliki Diafragma yang tidak selalu sama. Tergantung apakah itu wide lense, zoom lense maupun tele. Dan terkadang level lensa itu sendiri menentukan fasilitas Aperture itu sendiri. Semisal dalam Canon biasanya Seri L memiliki Aperture lebih besar dibanding dengan Seri yang biasa pada lensa bermilimeter sama.

Apeture itu sendiri sangat berpengaruh terhadap ketajaman gambar pada Foreground, Background maupun objek itu sendiri. Atau bahasa fotografinya mempengaruhi Depth of Field / DOF / Ruang tajam pada foto yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya seperti ini, coba perhatikan gambar dibawah ini.

Anda melihat beberapa tahap bukaan yang terdapat pada lensa, dalam DSLR angka berbanding terbalik dengan bukaan, artinya seperti ini jika tertera angka pertama 1,4 itu artinya bukaan 1,4 adalah bukaan yang paling besar, dan jika tertera angka terakhir 16 maka itu adalah bukaan yang paling kecil.

Berikut gambar mengenai bukaan lensa atau diafragma.



Penjelasan sederhananya seperti ini, bukaan besar justru malah akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang kecil, misalkan diterapkan angka 1,4 maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, dalam arti focus yang ditangkap oleh kamera mungkin hanya didapat pada objek itu sendiri, sementara foreground maupun background akan miss focus. Oleh karena itu, bukaan besar cocok untuk objek dekat dan makro, namun terkadang fotografer memanfaatkan bukaan besar untuk menghasilkan bokeh / bg-blur yang membuat sebuah foto menarik.

Bukaan kecil justru akan menghasilkan DOF / Ruang ketajaman yang besar, misalkan diterapkan angka 22, maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar. Dalam arti focus akan didapat pada foreground, background sekaligus objek. Nah, bukaan kecil sangat cocok untuk mengambil foto-foto landscape. Gambar berikut adalah contoh penulis dari penerapan metering diafragma dengan focal lenght 18.

1. Diafragma F/22


2. Diafragma F/11


3. Diafragma F/8


4. Diafragma F/5,6


5. Diafragma F/3,5




Anda bisa lihat perbedaan antara POI(Point of Interest) berupa hiasan dengan background di setiap diafragma bukan ? Semakin kecil nilai diafragma, background semakin blur, dan semakin tinggi nilai diafragma background semakin seimbang dengan POI, namun tentu saja hal tersebut berkorelasi dengan perubahan penerimaan cahaya, sehingga harus disesuaikan dengan metering lainnya yakni shutter speed dan ISO. Selamat mencoba.

Yogi Wicaksono



Posting Komentar

0 Komentar